Sabtu, 21 Desember 2013

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PANJAT


1. Tali (Rope)
Fungsi utama tali adalah sebagai pengaman apabila pemanjat terjatuh. Panjang standar tali yang biasa digunakan adalah 50 m yang memungkinkan leader (pemanjat pertama) dan belayer (pengaman) masih dapat saling berkomunikasi. Tali yang digunakan dalam rock climbing terdiri dari dua macam, yakni : Hawserlaid dan kernmantel.
Hawserlaid terdiri dari serat . serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian dengan daya lentur mencapai 40 % sedang kermantel terdiri dari dua bagian inti dan jaket dengan kelenturan sampai 20 %. 
 
Berdasarkan kemampuan lenturnya, ada dua macam kernmantel, yakni :
  • Statik rope, kelenturan 2 . 5 % pada berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau digunakan untuk rappelling.
  • Dynamic rope, kelenturan 5 . 20 % pada berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan berwarna mencolok.

2. Carabiner
Yang baik adalah yang terbuat dari alumunium alloy yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi. UIAA (Union Internationale des Assosiations d.alpinime) memberikan ketentuan untuk carabiner yang aman harus mampu menahan beban 2200 kg pada saat pintu tertutup dan 1200 kg pada saat pintu terbuka pada posisi poros yang panjang. Sedangkan pada posisi poros pendek mampu menahan beban 600 kg. Ada dua jenis carabiner, yakni screw gate (kunci berulir) dan non screw gate. 

3. Slink
Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai penghubung, pengaman pada anchor, mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point, dan mengurangi gerakan yang akan menambah beban.

4. Runner
Sling yang pada kedua ujungnya telah diberi tambahan carabiner.

5. Ascender
Bekerja dengan sistem menjepit tali ketika mendapatkan beban dan membuka apabila dinaikkan, digunakan untuk menaiki tebing melalui seutas tali. Beberapa merk ascender a.l : Clog, Jumar dan Petzl.
 
6. Harness
 Alat pengaman yang terikat pada pinggang pemanjat. Berfungsi menahan beban tubuh pemanjat ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak mematahkan pinggang. Terdapat dua jenis harness : seat harness dan full body harness.

7. Sepatu
Sebagai pengaman kaki pada saat pemanjatan. Ada dua jenis sepatu yang digunakan, yaitu : sepatu yang lentur untuk pijakan di celah-celah dan sepatu yang “kejur” yang digunakan pada tebing yang mempunyai banyak tonjolan atau tangga-tangga kecil.
8. Anchor
Poin yang dipakai sebagai penahan beban. Ada dua macam anchor :
1. Natural anchor, dapat berupa pohon besar, tonjolan batu, lubang-lubang di tebing dan lain-lain.
2. Artificial anchor, yakni anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada tebing seperti chock, piton, bolt, friend, dll.


9. Palu
Bagian ekornya berbentuk baji atau runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel atau melepas piton. Fungsi utama palu adalah untuk memasang anchor.

Peralatan pendukung yang lain adalah helm, bor, sarung tangan, tangga gantung, serbuk magnesium, friend, heksentrik, bor dll. 

ETIKA BERKEGIATAN DI ALAM BEBAS

Artikel ini dirangkum dari buku "Leave No Trace" karangan Annete McGivney. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Setidaknya keindahan alam bebas yang rapuh itu bisa kita jaga untuk generasi berikutnya.

PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
  • Pelajari regulasi dan hal-hal khusus untuk daerah yang akan dituju
  • Persiapkan diri untuk menghadapi cuaca yang buruk, bahaya dan keadaan darurat
  • Jadwalkan perjalananan anda untuk menghindari musim ramai kunjungan
  • Datanglah dalam grup yang kecil, Jika dalam grup besar pecahlah menjadi beberapa grup kecil
  • Bungkus ulang logistik makanan anda, buang kotak yang tidak penting sehingga bisa mengurangi sampah


PERJALANAN DAN CAMP DI PERMUKAAN TANAH YANG KERAS
  • Permukaan tanah yang keras termasuk diataranya adalah jalan setapak yang sudah jelas dan campsites atau tempat mendirikan tenda, batu, kerikil, rerumputan kering.
  • Lindungi daerah alami dengan cara camping setidaknya tidak terlalu dekat dengan danau dan aliran air.
  • Temukan  camp-sites  yang baik, bukannya dibuat. Mengubah lokasi camp sangat tidak disarankan terutama sekali didaerah yang populer.
  • Konsentrasikan kegiatan pada jalan setapak dan campsites yang sudah ada.
  • Selalulah berjalan ditengah jalan setapak meskipun basah dan berlumpur. Hindari mengijak rumput yang tumbuh dipinggir jalan setapak.
  • Jagalah camp-sites anda agar tidak melebar. Di daerah yang masih asli alamnya, fokuskan aktifitas pada daerah yang tidak ada vegetasi tumbuhannya.
  • Biasakan mengembalikan areal camp seperti semula saat setelah menggunakannya.
  • Hindari menggunakan lokasi dimana efek terhadap alam baru saja terjadi.


BUANGLAH LIMBAH DENGAN BENAR
  • Bungkus saat masuk, bungkus saat keluar. Periksa campsites anda dan area sekellingnya apakah ada sampah atau makanan sisa. Bungkus dan bawa keluar semua sampah, makanan sisa dan kotoran lainnya.
  • Timbunlah kotoran manusia dalam lubang yang digali dengan kedalaman 6 hingga 8 inchi dan paling tidak 60 meter dari sumber air, campsites, dan jalan setapak. Timbun dan samarkan bekas timbunan lubang tersebut setelah selesai menggunakannya.
  • Bungkus pulang kertas tissu toilet dan produk pemakaian pribadi lainnya
  • Untuk mandi atau mencuci piring, bawalah air berjarak 60 meter dari aliran air atau danau dan gunakan sesedikit mungkin sabun berbahan biodegradable.
  • Buanglah air buangan mencucui piring dengan cara memencarkanya.


BIARKAN APA YANG ANDA TEMUKAN
  • Peninggalan masa lalu: periksa saja, tapi jangan disentuh susunan artifak dari peninggalan budaya atau sejarah.
  • Biarkan batu, tumbuh-tumbuhan dan objek alam lainnya sebagaimana saat menemukannya.
  • Hidarkan membawa atau mengenalkan sesuatu (tumbuhan, binatang dan lainnya) yang bukan berasal atau bukan habitat dari daerah tersebut.
  • Jangan membangun apapun, yang bersifat permanen dan hindarkan membuat parit, jika benar-benar diperlukan timbun kembali parit tersebut setelah digunakan.


HORMATI KEHIDUPAN LIAR
  • Amati saja kehidupan liar dari jarak jauh. Jangan mengikuti atau mendekati mereka.
  • Jangan pernah memberi makan binatang. Memberi makan binatang akan merusak kesehatan mereka, merubah kebiasan alaminya dan akan merusak rantai kehidupan mereka.
  • Lindungi kehidupan liar dan makanan anda dengan cara menyimpannya dalam wadah, juga simpan sampah anda dalam wadah yang aman jauh dari gangguan mereka.
  • Hindari kehidupan liar selama waktu yang sensitif bagi mereka seperti musim kawin, musim bersarang, dan membesarkan anak.


BERTOLERANSI KEPADA PENGUNJUNG LAINNYA
  • Hormati pengunjung lainnya dan lindungi kwalitas dari pengalaman mereka di alam bebas.
  • Berlaku sopan, bertegur sapa dengan pengguna jalan setapak lainnya.
  • Saat menuruni jalan setapak dan berpapasan dengan yang mendaki, dahulukan mereka dengan memberi jalan pada mereka.
  • Buatlah camp anda terpisah dari jalan setapak dan pengujung lainnya.
  • Biarkan suara alam mengalir, Hindari mengeluarkan suara keras dan bunyi-bunyian lainnya.


CAVE MAPPING / PEMETAAN GOA

I. DEFINISI PEMETAAN GUA
Definisi Pemetaan Gua adalah gambaran perspektif gua yang diproyeksikan keatas bidang datar yang bersifat selektif dan dapat dipertanggung jawabkan secara visual dan matematis dengan menggunakan skala tertentu.

II. MANFAAT PETA GUA
1. Merupakan bukti otentik bagi penelusur gua, sebagai penulusuran yang pertama kali menelusuri goa tersebut.
2. Membantu para ahli dalam mempelajari Biospeologi, Hidrologi, Arkeologi ataupun ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan Speleologi.
3. Untuk mencari korelasi dengan goa-goa disekitarnya atau System Perguaan yang ada disekitarnya
4. Untuk memudahkan dalam usaha pertolongan apabila terjadi kecelakaan didalam gua/Cave Rescue.
5. Untuk kepentingan Pertahanan dan Keamanan Nasional ( HANKAMNAS ).
6. Sebagai data rekaman keadaan gua saat itu ( biasanya dilampiri foto ).
7. untuk memudahkan / menentukan dalam pengembangan obyek wisata gua di bidang pariwisata.
8. Sebagai sumber informasi dalam mendukung kegiatan penelitian ilmiah dan keperluan pelajaran penelusuran gua.

III. JENIS PETA GUA
Peta Gua ada beberapa jenis sesuai dengan metode penggambaran yang kita gunakan. Jenis–jenis peta gua merupakan faktor pendukung untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. 
Adapun jenisnya adalah :
1. Plan View/Plan Section, yaitu Peta Gua yang digambarkan dalam bentuk tampak dari atas. Yang ditampilkan adalah bentukan arah lorong gua jika dilihat dari atas sesuai hasil pengukuran dari Kompas.
2. Extended Section, yaitu Peta Gua digambarkan dalam bentuk tampak samping gambar gua digambarkan dalam bentuk memanjang tanpa proyeksi, yang terlihat hanya perubahan sudut Elevasi Gua/Sudut Kemiringan/Keterjalan Lorong sesuai hasil pengukuran Klinometer.
3. Projected Section/Projected Elevation, yaitu Peta Gua yang digambar dalam bentuk tampak samping akan tetapi diproyeksikan dengan Plan Section/Tampak Atas.
4. Cross Section, yaitu Gambar Peta Gua yang digambar dalam bentuk tampak depan. Cross Section biasanya berupa sayatan dari Plan Section.
5. Peta Gua 3 Dimensi (3D) Perspektif, adalah Gambar Peta secara visual mendekati dengan kenyataan sesunguhnya. Stasiun dan detailnya mengunakan sumbu X, Y, dan Z. sumbu X dan Y, untuk menentukan koordinat stasiun pada bidang datar. Sumbu Z untuk menentukan posisi stasiun berdasarkan elevasinya terhadap titrik 0.

IV. PERALATAN PEMETAAN GUA
Kompas
Untuk mengukur azimuth lorong gua atau mengukur besar derajat perbedaan antara lorong gua/jalan terhadap arah sumbu utara.
 Kompas Suunto
Klinometer
Digunakan untuk mengukur beda tinggi elevasi lorong gua/ kemiringan lorong gua pada tiap stasiun pemetaan.

Klinometer Suunto
Topofil
Topofil mempunyai fungsi yang sama dengan Pita Ukur, tapi topofil bekerja berdasarkan roda yang berputar dan menggerakkan angka–angka dalam satuan centimeter. Sedangkan berputarnya roda topofil dikarenakan benang yang dililitkan pada roda tersebut dan ditarik kemudian roda akan menggerakkan angka–angka penunjuk.

Konstruksi Topofil
Pita Ukur
Pita ukur digunakan untuk mengukur panjang lorong gua, biasanya terbuat dari plat baja tipis atau terbuat dari serat kaca (Fiber Glass).
Roll Meter
Alat Tulis Menulis
Berupa Kertas anti air (Kodaktris) atau bisa menggunakan transparant paper, pensil/ballpoint maker, papan pengalas (agar tidak menulitkan kita pada saat menulis), penghapus. Kesemuanya digunakan untuk mencatat  asil pengukuran didalam gua, sketsa gua, diskripsi gua dan hal–hal lain yang perlu didata.

V. TINGKAT KEAKURATAN/ GRADE PEMETAAN
Grade Pemetaan gua adalah tingkat keakuratan atau ketelitian peta. Yang sering digunakan adalah tingkat ketelitian menurut BCRA (British Cave Research Association) yang membagi beberapa tingkatan yaitu :
1. Grade 1
Gambar/Sketsa Kasar tanpa skala yang benar dan dibuat diluar gua dengan dasar ingatan dari sipembuat terhadap lorong–lorong yang digambar.
2. Grade 2
Peta dibuat dalam gua tanpa skala yang benar dan tanpa menggunakan alat ukur apapun, hanya bedasarkan perkiraan.
3. Grade 3
Sketsa dibuat dalam goa dengan menggunakan bantuan Kompas dan Tali yang ditandai tiap-tiap meternya memiliki ketelitian pengukuran satuan 2,5° posisi stasiun per 5 m, dilakukan jika waktu sangat terbatas, penggunaan Klinometer sangat dianjurkan.
4. Grade 4
Pengukuran telah menggunakan kompas serta Meteran atau Topofil. Dapat digunakan jika diperlukan, untuk menggambarkan survey tidak sampai ke Grade 5, tetapi lebih akurat dari Grade 3.
5. Grade 5
Pengukuran Dengan Kompas Prismatic dan Klinometer dengan kesalahan ukur 0,5°, pita ukur Fiber Glass dengan kesalahan ukur < dari 10 cm. Instrument dikalibrasikan terlebih dahulu, Centre Line dianjurkan disurvey menggunakan Leap Frog Methode.
6. Grade 6
Pada dasarnya sama dengan Grade 5 akan tetapi pada Grade ini Kompas dan Klinometernya menggunakan Tripod sehingga pada waktu melakukan pengukuran posisi alat tidak bergerak.
7. Grade X
Pada Grade ini menggunakan Pesawat Ukur Theodolit dan Pita Ukur Metallic. Akan tetapi grade ini sangat jarang digunakan dikarenakan peralatan yang kurang efisien jika menggunakan Theodolit dalam pemetaan gua karena kondisi lorong gua yang memiliki macam – macam variasi bentukan lorong sehingga alat ini juga cukup riskan jika digunakan didalam gua terutapa pada lorong–lorong yang sempit.

Selain membuat macam–macam tingkat ketelitian (Grade) peta gua, BCRA juga membuat klasifikasi perincian survey, yaitu :
Class A : Semua detail lorong dibuat diluar kepala
Class B : Detail lorong diestimasi dan dicatat dalam gua
Class C : Detail lorong diukur pada tiap stasiun survey
Class D : Detail lorong diukur pada tiap stasiun survey dan diantara stasiun survey.

VI. SURVEY DAN PENGAMBILAN DATA
1. Methode Arah Survey
Dalam Pemetaan Gua ada macam Metode Arah Survey, Yaitu :

Forward Methode
Dimana pembaca alat dan pencatat berada pada stasiun 1 (pertama) dan pointer (target) berada pada stasiun 2 (kedua), setelah pembacaan alat selesai pointer maju ke stasiun selanjutnya yang telah ditentukan oleh leader dan pembaca alat maju tepat pada posisi pointer tanpa merubah titik stasiun tempat berdiri pointer sebelumnya, begitu seterusnya.
Metode Arah Survey Foward
Leap Frog Methode
Pada metode ini pembaca alat berada pada stasiun kedua sedangkan pointer pada stasiun pertama, setelah pembacaan alat selesai pointer maju langsung menuju stasiun ketiga sedang pembaca alat tetap pada stasiun kedua dan melakukan pembacaan alat lagi, setelah pembacaan selesai pembaca alat langsung menuju stasiun keempat dan melakukan pembacaan alat lagi dengan sasaran stasiun tiga, begitu seterusnya. Keuntungan menggunakan methode ini adalah lebih akurat dan cepat hanya saja dalam pengolahan dantanya kita harus berhati–hati.

2. Arah Survey (Pengambilan Data)
  • Top to Bottom, Pengukuran dimulai dari Etrance gua dan berakhir pada ujung lorong gua atau akhir dari lorong gua tersebut.
  • Bottom to Top, adalah kebalikan dari Top to Bottom yaitu pengukuran dimulai dari ujung lorong sampai pada entrance gua.
3. Metode Pengukuran Chamber
Dalam Melakukan Survey Pemetaan biasanya kita menemukan lorong–lorong yang besar atau biasa kita sebut aula gua atau Chamber. Karena ukuran chamber yang cukup luas biasanya membuat kita bingung atau kewalahan dalam melakukan pengukuran, untuk itu ada beberapa cara malakukan pengukuran pada chamber untuk mempermudah kinerja tim dan menghasilkan data yang akurat.

Adapun cara–cara tersebut yaitu :
Polygon Tertutup

Polygon Terbuka

Offset Methode

4. Penentuan Titik Stasiun
Penentuan Titik Stasiun pada pemetaan gua sebenarnya merupakan salah satu factor keakuratan peta gua tersebut. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan titik stasiun pemetaan, antara lain yaitu :
  • Perubahan Arah Lorong Gua.
  • Perubahan extrim bentuk lorong.
  • Batas Pengukuran < 30 m.
  • Perubahan Sudut Elevasi Lorong yang extrim misalkan : Pitch atau Slope.
  • Temuan–Temuan Penting Seperti : Ornamen Khusus, Biota, Litologi Khusus, dan Sebagainya
5. Organisasi Tim Survey
Dalam kegiatan Pemetaan Gua idealnya terdiri dari 5 orang dalam tim pemetaan yang dimana masing-masing anggota memiliki tugas masing–masing, yaitu :
  • Orang Pertama : Sebagai pembaca alat ukur seperti Kompas, Klinometer, dan Meteran/Roll Meter.
  • Orang Kedua : Sebagai Pointer/ target yang dimana orang ini membawa ujung meteran dan memegang titik/ point (biasanya berupa Senter/ Headlamp) yang nantinya menjadi sasaran bidikan Kompas dan Klinometer yang dipegang oleh orang pertama. Orang pertama dan orang kedua diharuskan memiliki tinggi badan yang sama guna mengurangi kesalahan pada pengukuran elevasi lorong gua.
  • Orang Ketiga : Sebagai pencatan data pengukuran.
  • Orang Keempat : Sebagai Diskriptor, Pembuat sketsa lorong (Plan Section, Extended Section dan Cross Section).
  • Orang Kelima : Sebagai Leader yang menentukan titik stasiun dan pemasang lintasan pada gua vertical.
Pekerjaan yang cukup sulit adalah menjadi diskriptor karena efesiensi waktu, segala detail data dan rekaman data terletak pada posisi ini. Seorang diskriptor yang berpengalaman dapat mengetahui apabila terjadi dalam pembacaan kompas dan klinometer. Oleh karena itu yang ditugaskan menjadi seorang diskriptor adalah orang yang mampu merekam dan menuangkan situasi gua yang disurvey dalamworksheet dengan jelas dan lengkap sehingga tidak menyulitkan anggota tim yang lain pada saat penggambaran peta gua.

6. Pengambilan Data Lapangan
Dalam pengambilan data dilapangan kita cukup mengisi table data yang telah kita siapkan sebelumnya.
Contoh Worksheet Pengambilan Data Lapangan
Keterangan :
From : Nama Stasiun Awal
To : Nama Stasiun Akhir
L ( m ) : Jarak Tiap Stasiun
Alpha ( ° ) : Besar Azimuth Lorong/Besar Sudut Kompas
Beta ( ° ) : Besar Sudut Elevasi/Besar Sudut Yang dihasilkan Oleh Klinometer
Kiri : Jarak Dari Stasiun Ke Dinding Kiri Gua
Kanan : Jarak Dari Stasiun Ke Dinding Kanan Gua
Atas : Jarak Dari Stasiun/Point Ke Plafon Gua
Bawah : Jarak Dari Stasiun/Point Ke Lantai Gua

Dalam pengambilan data dilapangan ada beberapa hal yang mempengaruhi keakuratan data yang kita ambil, seperti :
  • Adanya Medan Magnet atau benda lain yang mengandung unsur magnet yang ada didekat Compasmen Seperti : Headlamp yang menggunakan magnet pada bagian belakangnya, Jam Tangan, Carabiner dan unsur logam lainnya)
  • Kesalahan pada saat mengimput data Klinometer, biasanya penempatan positif dan negatifnya 
  • Kesalahan Pembacaan Klinometer (pada klino Suunto terdapat dua satuan yang dapat digunakan yaitu Derajat dan Persen) 
  • Kesalahan Pengimputan angka pada kolom (biasanya terjadi pengimputan data terbalik, data klinometer diimput dikolom Kompas sedangkan kompas diimput kedalam kolom klinometer)
  • Posisi stasiun yang bergeser
  • Penggunaan satuan, biasanya pada pembacaan ukuran jarak sering terjadi perubahan pembacaan satuan seperti meter berubah menjadi centimeter akan tetapi tidak diberikan keterangan pada saat terjadi perubahan pembacaan.
  • Tidak Melakukan kalibrasi alat ukur sebelum melakukan pemetaan
VII. PENGOLAHAN DATA LAPANGAN DAN PENGGAMBARAN PETA GUA
1. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data gua kita tinggal mengimput data–data yang kita ambil dilapangan kedalam table


Contoh Tabel Pengolahan Data Gua
D=L*Cos Beta : Jarak Miring
Sigma D : Hasil Penjumlahan Silang antara  Sigma D Awal dengan Jumlah D Pada Stasiun Sebelumnya
H=D*Sin Beta : Beda Elevasi
Sigma H : Hasil Penjumlahan Silang Antara  Sigma H Awal dengan Jumlah H Pada Stasiun Sebelumnya
X=D*Sin Alpha : Absis
Sigma X : Hasil Penjumlahan Silang Antara  Sigma X Awal dengan Jumlah X Pada Stasiun Sebelumnya
Y=D*Cos Alpha : Ordinat
Sigma Y : Hasil Penjumlahan Silang Antara  Sigma Y Awal dengan Jumlah Y Pada Stasiun Sebelumnya

2. Penentuan Skala Dan Arah Utara Peta
Skala Peta
Skala adalah perbandingan antara jarak sebenarnya dengan jarak yang ada dipeta, dalam hal ini disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan survey. Untuk kepentingan exploitasi dan ilmiah yang digunakan adalah skala besar
(biasanya kurang dari 1 : 250) agar tampilan detail peta dapat terlihat dengan jelas. Akan tetapi biasanya para surveyor menentukan skala sesuai dengan besar ukuran kertas yang mereka gunakan untuk pengambaran peta, biasanya ,maksimal ukuran A0 (1,189 x 0,841).

Orientasi Peta
Arah utara ada tiga macam :
  1. Arah Utara Magnetic/ North Magnetic ( NM ) G Ditunjukkan oleh Utara Jarum Kompas
  2. Arah Utara Sebenarnya/ True North ( TN ) G Sesuai dengan sumbu bumi
  3. Arah Utara Pete/ Grid North ( GN ) G Sesuai dengan Sumbu Y Arah utara pada peta gua tidak harus selalu dibagian atas kertas akan tetapi dapat disesuaikan dengan efesiensi penggunaan kertas.
3. Penggambaran Peta
Dalam peta gua biasanya ada beberapa jenis peta gua yang digambar seperti Peta Gua Tampak Atas/ Plan Section, Peta Gua Tampak Samping/ Extended Section dan sebagainya. Adapun dalam penggambarannya sebagai berikut :
Penggambaran Plan Section
Dalam Penggambaran Plan Section atau Peta Gua tampak Atas kita lakukan dengan cara sebagai berikut :

A. Penetuan Titik Koordinat Center Line
Mulanya kita tentukan dulu Center Line, Center Line adalah letak/ posisi tiap stasiun pemetaan sesuai dilapangan. Dalam penentuan stasiun kita menggunakan Diagram/Koordinat Polar atau Koordinat Cartesius.

Koordinat Polar
Penggunaan Diagram Polar sangat sederhana dan cepat hanya saja apabila terjadi kesalahan adalah kesalahan akumulatif, kesalahan akan bertambah besar dengan bertambahnya stasiun. Dalam ploting Center Line pada ini kita membutuhkan busur derajat atau protactor dengan penggaris. Pada penggunaan diagram ini kita tentukan dulu arah utaranya. Dalam penentuan titik stasiun ditentukan oleh besar sudut kompas yang ada didata, dengan acuan 0 ° adalah utara yang telah kita buat sebelumnya. Disarankan untuk menggunakan millimeter block atau kertas grafik untuk meminimalisir kesalahan.
Contoh Penggambaran Dengan Menggunakan Koordinat Polar
Koordinat Cartesius
Penggambaran dengan menggunakan Koordinat Cartesius adalah yang direkomendasikan oleh BCRA untuk dipakai pada penggambaran Grade 5. Dalam penggambaran ini kita menggunakan hasil  Sigma X dan  Sigma untuk menentukan plot stasiun pada Plan Section sedangkan  Sigma D dan  Sigma H untuk plot stasiun pada extended section. Dalam penggambarannya menggunakan kertas Grafik/ Milimeter Block untuk memudahkan dalam penggambaran.
Contoh : pada stasiun 1 X = 2, Y = 1 ; Stasiun 2 X = 3, Y = 3 ; Stasiun 3 X = 4, Y = 4 ; Stasiun 4 X = 2, Y = 7 ; Stasiun 5 X = -1 Y = 9 ; Stasiun 6 X = -2, Y = 12.
Contoh Penggambaran Dengan Menggunakan Koordinat Cartesius
B. Penentuan Titik Jarak Dinding Kiri dan Kanan Gua
Setelah kita selesai memploting Center Line selanjutnya kita membuat dinding – dinding gua dengan cara memplot titik – titik dinding gua pada tiap stasiun dengan menggunakan hasil yang terdapat pada table dinding kiri dan kanan yang sudah diskalakan. Kemudian titik – plot dinding kiri kanan tersebut dihubungkan dengan mengikuti bentuk lekukan dinding gua yang ada pada sketsa gua.

C. Simbol Pada Peta
Setelah Peta selesai digambar kemudian kita memasukkan symbol – symbol pada peta (Ornamen, Litologi, Hidrologi, Biota Gua).

Penggambaran Extended Section
Penggambaran Extended Section dapat dilakukan dengan dua cara seperti pada penggambaran Plan Section. Untuk Koordinat Polar yang digunakan adalah hasil pengukuran Klinometer ( L ) dan jarak miring ( D ). Jika menggunakan Koordinat Kartesius maka yang digunakan adalah hasil dari  Sigma  D dan  Sigma H dan hasil tersebut sudah kita skalakan. Untuk penggambaran atap gua yang diambil adalah angka/ukuran dari titik stasiun keatap gua (Atas) sedangkan lantai gua dari titik stasiun ke lantai gua (Bawah).

Penggambaran Cross Section
Adalah penampang melintang gua, penggambarannya dilakukan dengan menggunakan hasil dari pengukuran dinding kiri, kanan, atap dan lantai gua.

Penggambaran Project Section
Penggambaran Project Section dilakukan dengan memproyeksikan gambar plan section dengan elevasi sesuai hasil  Sigma H.

4. Kelengkapan Peta
Untuk memudahkan orang lain dalam memahami peta yang kita buat maka ada beberapa kelengkapan peta yang harus kita cantumkan pada peta tersebut, diantaranya :
  • Nama Gua
  • Letak Administratif Gua
  • Waktu Pembuatan/Pemetaan (Tanggal, Bulan Dan Tahun)
  • Tinggi Elevasi Mulut gua dari Permukaan Laut
  • Panjang Gua dan Kedalaman Gua
  • Lagenda
  • Skala Peta
  • Utara Peta
By Herman Afkani


KAMERA LUBANG JARUM

Antara kewajiban dan ketertarikan, sehingga membuat saudari Wenniarti Azali harus berjibaku menyelesaikan Laporannya di Divisi Photographi Mapala GMS tentang "Kamera Lubang Jarum" pada awal tahun 2011 yang lalu, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Lanjutan Mapala GMS agar dapat diangkat menjadi anggota, maka semua cara dipakai dan semua jalan ditempuh, dengan dibimbingan langsung oleh senior serta guru spiritual-nya; Ahmad Ramadhan akhirnya kewajiban itu terselesaikan.

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang kamera lubang jarum, ini ceritanya ;
Sejarah
Kamera tanpa lensa ini telah dipakai sejak dulu kala. Pada abad ke-4, sejumlah tokoh Yunani seperti Aristoteles dan Euclid telah mendeskripsikan teknik tersebut. Begitu pula, pada abad ke-5, seorang filsuf Cina bernama Mo Jing juga telah bermain-main dengan teknik ini, yang ternyata memang sederhana namun bekerja dengan cukup baik.

Prinsip kerja
Bayangkan bahwa anda memiliki sebuah ruang kamar yang benar-benar tertutup rapat, kecuali pada sebuah ‘lubang jarum’ di salah satu sisinya. Gelombang cahaya akan ‘bocor’ memasuki lubang ini, sehingga sebuah citra akan terbentuk pada sisi dinding yang berseberangan dengan ‘lubang jarum’. Seperti terlihat pada gambar, citra yang terbentuk menyerupai objek yang terletak di luar ruang kamar, hanya saja terproyeksikan secara terbalik.

Cara membuat
  1. Gunakan kaleng atau kotak kecil sebagai badan kamera. Kemarin yang digunakan untuk kamera adalah kaleng biskuit.
  2. Keseluruhan badan kamera (interior maupun eksteriornya) di cat hitam (biasanya pake cat doff bukan yang glossy) untuk mencegah adanya refleksi cahaya
  3. Buat sebuah lubang kecil di salah satu sisi sebagai jalan masuk cahaya (diafragma). Bila lubang terlalu besar, tutup lubang dengan aluminium, lalu lubangi aluminium dengan jarum.
  4. Tempelkan sebuah penutup yang berfungsi sebagai rana (bisa menggunakan lakban hitam) di lubang tersebut untuk mencegah masuknya cahaya saat kita sedang tidak melakukan pemotretan. Untuk mengecek apakah lubang tersebut telah sesuai dengan yang diinginkan, kita dapat mengetahuinya dengan melihat ke dalam sisi belakang kamera.
  5. Pada sisi dalam kaleng a.k.a kamera yang berhadapan dengan lubang tersebut, tempelkan juga sebuah double tape untuk menahan kertas foto (biasanya memakai lakban hitam dengan sisi yang lengket ada diluar)
  6. Sebagai media perekam cahaya, kita bisa memakai film atau kertas foto. Kertas foto lebih banyak dipilih karena lebih mudah dipegang dan mudah untuk memasangnya di safelight. Sedangkan jika menggunakan film, harus dipasang pada ruang yang gelap total. Yang perlu diperhatikan, kertas foto kurang sensitif terhadap cahaya jika dibandingkan dengan film.
  7. Pasang kertas foto yang akan kita gunakan, dengan cara menempelkannya pada dinding dalam kamera pada arah yang berlawanan dengan lubang jarum. Emulsinya harus terletak berhadapan dengan lubang jarum (sisi yang mengandung emulsi biasanya terasa agak lengket bila dipegang)


*Catatan :
  • Semakin besar lubang, dan semakin lama bukaan lubang: maka citra menjadi semakin terang, tapi detilnya semakin kabur.
  • Semakin kecil lubang, dan semakin singkat bukaan lubang: maka citra menjadi semakin gelap, tapi detilnya semakin tajam.
Ini beberapa Mahakarya serta Masterpiece dari Sdri. Wenniarti Azali :








SURVIVAL KIT

Survival kit adalah suatu peralatan survival yang dipergunakan membantu survivor bertahan hidup, umumnya peralatan itu dapat digunakan dalam berbagai jenis daerah seperti gunung, hutan, padang pasir dan laut.

Bagi seorang penjelajah ataupun petualang, survival kit merupakan perlengkapan dasar yang harus dimiliki dan harus sesuai dengan jenis perjalanannya.

Biasakan selalu membawa survival kit dalam setiap perjalanan, karena dengan satu set survival kit sangat berguna untuk keadaan darurat dan bisa menjadi salah satu jalan untuk dapat bertahan hidup.


Beberapa survival kit yang umum serta kegunanannya,
1. Korek Api & Pemantik

Korek api kedap air dapat dicari tetapi dengan harga yang mahal. kita dapat membuatnya dengan memasukan batang korek dan kertas penyalanya ke dalam tabung bekas roll film. Bisa juga pada kepala korek kita teteskan lilin sehingga terselaput seluruh kepala korek tersebut.

2. Lilin
Sangat baik untuk mulai menghidupkan api dan juga untuk penerangan, apabila terbuat dari lemak dapat dimakan atau pun buat minyak menggoreng (harus yakin bahwa terbuat dari lemak), lilin dari bahan lain atau parafin wax tidak dapat dimakan.

3. Batu Api/Geretan
Batu api dapat berkerja dalam keadaan basah dan dapat tahan lama sekali, bawalah batu api sekalian dengan gergaji penggoresnya.

4. Kaca Pembesar/Lup

Dapat menimbulkan panas dan api dengan sinar matahari langsung, juga dapat dipakai untuk melihat dan medeteksi duri dalam jaringan.

5. Jarum dan Benang
Beberapa jarum dimana satu diantaranya mempunyai lubang benang yang besar sehingga dapat memakai urat daging binatang sebagai benang apabila diperlukan, simpanlah jarum-jarum tersebut menjadi satu dan dililt dengan benang yang kuat sekelilingnya.

6. Kail dan Senar
Pilihlah kail yang berbeda ukuran dan diletakkan didalam kotak atau dibungkus,sertakan juga tali pancing secukupnya karena dapat digunakan untuk menjerat.

7. Kompas
Sebuah kompas yang cukup baik tapi sederhana dan pastikan kita dapat memakai kompas dengan baik. Kompas dengan cairan didalamnya adalah yang terbaik, pastikan tidak bocor dan tidak ada gelembung didalamnya.

8. Senter Kecil
Sebuah senter dengan lampu kristal sering dipakai untuk gantungan kunci. Lampu ini dapat dipakai untuk membaca peta, memasang umpan pada waktu memancing dimalam hari.

9. Kawat Jerat
Kawat kuningan sepanjang 60-90 cm dapat dipakai dan sangat banyak kegunaannya seperti untuk jerat, memask dll.

10. Peluit Survival

Sangat efektif menjadi sinyal suara dalam kondisi survival terlebih apabila dilengkapi dengan kompas mini sehingga menambah fungsinya dan menghemat ruang wadah survival kit.

10. Obat-obatan
Obat yang kita bawa adalah yang sering diperlukan didalam perjalanan dan juga obat-batan pribadi tentunya.

11. Pisau
 Sebaiknya 2 bilah pisau dengan ukuran yang berbeda, sehingga dapat dipergunakan dengan kondisi berbeda sesuai ukuran dan kapasitasnya.

12. Plester
plester, dipergunakan untuk menutupi luka sehingga terhindari dari debu dan kotoran yang dapat memperparah keadaan apabila terjadi infeksi.

14.Kondom 
eits......... jangan berpikiran negatif dulu... 
karena terbuat dari bahan yang sangat elastis dan didisain untuk tidak mudah bocor, sehingga sangat membantu sebagai wadah penampung air, kondom itu mampu menampung air kurang lebih 3 liter