Wah, Makin Banyak Orang Kena Diabetes
JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan penyakit diabetes di Indonesia ibarat fenomena gunung es. Dari waktu ke waktu, jumlah penderita diabetes cenderung terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, tercatat sebanyak 12,5 juta jiwa masyarakat Indonesia terkena diabetes. Prevalensinya diperkirakan akan terus meningkat, bahkan mencapai hingga dua kali lipat dalam kurun beberapa tahun ke depan.
"Diperkirakan pada tahun 2030, kurang lebih 21,3 juta jiwa akan menderita diabetes," kata Samuel Oetoro, MS, SpGK, ahli gizi klinis dari MRCCC Siloam, Selasa, (14/6/2011) di Jakarta.
Menurut Samuel, peningkatan jumlah penderita bukan hanya dari kelompok diabetes tipe 1, yang biasa mulai menyerang usia di bawah usia 30 termasuk anak-anak, dan diabetes tipe 2 yang jumlahnya paling banyak saat ini dan lebih sering terjadi pada usia lanjut.
Namun, yang justru dikhawatirkan adalah mereka yang termasuk dalam kelompok pra-diabetes. Pasalnya, sampai sekarang belum diketahui secara pasti berapa jumlah mereka. Dan diduga akan jauh lebih banyak dibandingkan kelompok diabetes.
"Oleh karena itu, kita harus benar-benar menjaga kadar gula darah. Jangan lebih dari 140 mg/dL kalau lebih masuknya pra-diabetes," imbuhnya.
Samuel mengungkapkan, akibat perubahan gaya hidup, makin banyak warga perkotaan yang mengidap diabetes tipe 2 dalam usia relatif muda. Pada tahap awal, kehadiran diabetes tak langsung disadari karena tidak munculnya gejala khusus yang mengganggu. Gejala baru akan muncul bila kondisi diabetes sudah cukup serius.
Umumnya, diabetes akan disertai dengan adanya komplikasi penyakit lain, seperti dislipidemia (gangguan metabolisme lemak), makrovaskuler (penumpukan lemak), neuropati (gangguan sel-sel saraf) dan rentan infeksi (terganggunya fungsi imunitas). Ada beberapa faktor risiko penyebab diabetes di antaranya, keturunan, pola makan, malas olahraga, rokok, minum alkohol dan stres.
Biaya besar
Peningkatan prevalensi diabetes juga dipastikan menimbulkan beban yang besar bagi masyarakat. Pasalnya, pengobatan untuk mengendalikan diabetes tidaklah murah. Menurut penjabaran Samuel, estimasi biaya yang harus dikeluarkan oleh penderita diabetes setiap tahunnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Konsultasi dokter bisa mencapai kisaran Rp 1-2 juta/tahun, obat-obatan, Rp 1-2 juta, makanan tambahan Rp 950 ribu/bulan, operasi katarak Rp 15-20 juta, cuci darah Rp 50-60 juta, stroke Rp 40-50 juta, serangan jantung Rp 60-80 juta dan amputasi Rp 130-150 juta.
Oleh karena itu, Samuel mengajak masyarakat supaya berdamai dengan glukosa mulai sekarang. Kenapa istilahnya harus berdamai?, "karena glukosa itu gula. Di mana sel butuh glukosa untuk dibentuk menjadi tenaga. Kalau anda tidak makan glukosa, akan lemas. Tapi kalau kelebihan, juga akan membahayakan," pungkasnya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, tercatat sebanyak 12,5 juta jiwa masyarakat Indonesia terkena diabetes. Prevalensinya diperkirakan akan terus meningkat, bahkan mencapai hingga dua kali lipat dalam kurun beberapa tahun ke depan.
"Diperkirakan pada tahun 2030, kurang lebih 21,3 juta jiwa akan menderita diabetes," kata Samuel Oetoro, MS, SpGK, ahli gizi klinis dari MRCCC Siloam, Selasa, (14/6/2011) di Jakarta.
Menurut Samuel, peningkatan jumlah penderita bukan hanya dari kelompok diabetes tipe 1, yang biasa mulai menyerang usia di bawah usia 30 termasuk anak-anak, dan diabetes tipe 2 yang jumlahnya paling banyak saat ini dan lebih sering terjadi pada usia lanjut.
Namun, yang justru dikhawatirkan adalah mereka yang termasuk dalam kelompok pra-diabetes. Pasalnya, sampai sekarang belum diketahui secara pasti berapa jumlah mereka. Dan diduga akan jauh lebih banyak dibandingkan kelompok diabetes.
"Oleh karena itu, kita harus benar-benar menjaga kadar gula darah. Jangan lebih dari 140 mg/dL kalau lebih masuknya pra-diabetes," imbuhnya.
Samuel mengungkapkan, akibat perubahan gaya hidup, makin banyak warga perkotaan yang mengidap diabetes tipe 2 dalam usia relatif muda. Pada tahap awal, kehadiran diabetes tak langsung disadari karena tidak munculnya gejala khusus yang mengganggu. Gejala baru akan muncul bila kondisi diabetes sudah cukup serius.
Umumnya, diabetes akan disertai dengan adanya komplikasi penyakit lain, seperti dislipidemia (gangguan metabolisme lemak), makrovaskuler (penumpukan lemak), neuropati (gangguan sel-sel saraf) dan rentan infeksi (terganggunya fungsi imunitas). Ada beberapa faktor risiko penyebab diabetes di antaranya, keturunan, pola makan, malas olahraga, rokok, minum alkohol dan stres.
Biaya besar
Peningkatan prevalensi diabetes juga dipastikan menimbulkan beban yang besar bagi masyarakat. Pasalnya, pengobatan untuk mengendalikan diabetes tidaklah murah. Menurut penjabaran Samuel, estimasi biaya yang harus dikeluarkan oleh penderita diabetes setiap tahunnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Konsultasi dokter bisa mencapai kisaran Rp 1-2 juta/tahun, obat-obatan, Rp 1-2 juta, makanan tambahan Rp 950 ribu/bulan, operasi katarak Rp 15-20 juta, cuci darah Rp 50-60 juta, stroke Rp 40-50 juta, serangan jantung Rp 60-80 juta dan amputasi Rp 130-150 juta.
Oleh karena itu, Samuel mengajak masyarakat supaya berdamai dengan glukosa mulai sekarang. Kenapa istilahnya harus berdamai?, "karena glukosa itu gula. Di mana sel butuh glukosa untuk dibentuk menjadi tenaga. Kalau anda tidak makan glukosa, akan lemas. Tapi kalau kelebihan, juga akan membahayakan," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar